Dakwah Jahr |
Oleh : Abid Nurhuda
Suatu ketika,
Rasulullah berdiri tegap di tengah-tengah kerumunan kabilahnya. Beliaupun
berseru kepada mereka" Hai Bani Fulan, aku telah diutus oleh Allah kepada
kalian sebagai rosul untuk mengajak hanya menyembah kepada Allah saja, dan
janganlah kalian menyekutukan-Nya dengan suatu apapun "
Tidak terbesit
dan disangka, maka di belakang beliau muncul salah seorang pemuka kabilah Abu
Lahab, ia-pun bersungut dengan kasar dan keras " Janganlah kalian mengikuti
dia”
Setelah itu Rasulullah,
juga pergi dan mendatangi tempat Kabilah bani Kindah di rumah-rumah mereka. Lalu
nabi pun menyampaikan pesan yang sama kepada, namun mereka dengan terang-terangan
dan lantang malah menolaknya
Kemudian tanpa
putus asa, beliaupun mendatangi tempat
Bani Hanifah dengan maksud yang sama
Tapi, Respon
mereka adalah menolak dengan sangat keras bahkan begitu menyakitkan.
Lalu Nabi pun berkunjung
ke rumah Amir bin Sha'sha'ah, yang mana dia juga salah satu dari pemuka kabilah
saat itu namun lagi-lagi dakwah beliau pun juga ditolaknya.
Tidak berhenti
hanya di sini, semangat Rasulullah untuk terus menyampaikan dakwahnya
secara terbuka menggelora, sampai-sampai tidak
ada seorang bangsawan, tokoh dan pemuka suku
yang ada di jazirah
Arabi melainkan sudah didatangi Rasul untuk diajak memeluk dan menerima agama
Allah.
Salah seorang sahabat
Nabi Jabir bin Abdullah meriwayatkan bahwa Rasulullah tinggal di kota Makkah
dalam waktu sepuluh tahun. Selama itu juga, beliau terus
Mendatangi orang-orang
sampai ke rumah mereka, yang terletak di pasar Ukazh
dan Mijarutah
pada setiap pekan hari raya, sambil berkata :
" Siapa
kiranya yang mau dan sudi memberikan perlindungan ataupun jaminan pertolongannya
padaku?"
(HR. Ahmad)
Masih dari
perowi yang sama, dia meriwayatkan bahwa suatu ketika Rasulullah
menampakkan
dirinya di tengah-tengah kerumunan yang begitu ramai sambil berkata :
" Adakah
orang yang mau membawaku untuk menemui kaumnya dengan jaminan amannya diriku? Karena
Selama ini, kabilah-kabilah Qurais sudah menghalangi dan melarangku untuk
menyampaikan ajaran Allah”(HR. At-Tirmidzi dalam Sunannya dan lbnu Katsir dalam
Tafsir-nya)
Dari kisah diatas,
Jika ada orang kafir, durhaka atau orang yang lemah iman pasti akan mempertanyakan
:
"Apakah seorang
Rasul yang merupakan kekasih sekaligus Nabi Allah, tidak bisa masuk ke wilayah arab
khususnya makkah sampai-sampai harus mengatakan siapa yang mau dan bersedia
menolongku dalam berbagai kesempatan? Jika memang dia benar seorang utusan
Tuhan, mestinya Tuhan sendiri yang harus menolong dan membantunya?"
Pertanyaan
diatas, bisa dijawab dengan pernyataan berikut :
"Sudah
tidak perlu di pertanyakan lagi bahwa Allah itu Sangat Maha Kuasa. Namun Tidak lah
Allah melakukan sesuatu sekecil apapun itu kecuali ada hikmah dan pelajaran di
belakangnya.
Meskipun Jika terdapat
hikmah dan pelajaran yang tidak dapat kita singkap ataupun ungkap, maka tetap kita
harus menyerahkan segala urusan kepada-Nya.
Peristiwa yang
terjadi pada Rasul-Nya, hakekatnya itu sudah menjadi takdir Allah
Sebab Dia-lah
yang memegang kendali, mengatur segala yang ada di semesta ini dengan begitu
rapi bahkan semut yang berjalan di batu hitam pada saat malam pun Allah
mengetahuinya tanpa ada kekurangan sedikitpun
Jadi kalau kita
menelusuri sejarah tentang kisah Rasulullah yang begitu menakjubkan,
peristiwanya itu tidak hanya itu. Bahkan Beliau pernah diganjal perutnya dengan
batu karena rasa lapar yang tidak tertahankan, dihina, ditertawakan, dan
dianiaya,
Akan tetapi
yakinlah bahwa di belakang itu semua terdapat banyak hikmah yang harus
direnungkan dan dipikirkan.
Setidaknya ada
dua pelajaran dan hikmah yang terkandung dari ujian sekaligus cobaan yang diberikan
Allah kepada seseorang:
Pertama,_mendidik
seseorang agar hatinya legowo, rela, ikhlas dan menerima cobaan. Dengannya, maka
hatinya akan jadi lembut dan tergerak untuk melaksanakan sesuatu yang diperintahkan.
Kedua,
hendaknya selalu baik sangka dalam segala urusan Sehingga orang yang
bersungguh-sungguh menjalaninya akan mendapatkan pahala dari Allah.
(Disadur dari kitab Alwafa biahwalil Musthofa karya ibnul juzi)
0 comments:
Post a Comment